PESTISIDA RAMAH LINGKUNGAN (PESTISIDA ORGANIK) SEBAGAI INSEKTISA DAN AKARISIDA

PESTISIDA RAMAH LINGKUNGAN (PESTISIDA ORGANIK) SEBAGAI INSEKTISA DAN AKARISIDA

PENGANTAR

Selain pestisida botani dan biologi, ternyata masih banyak alat yang bisa dipakai sebagai pengendali hama dan penyakit pada tanaman, tanpa harus merusak lingkungan. Dengan banyaknya alternative ini, alat yang dapat dipakai dalam melaksanakan pengendalian hama akan lebih beragam, sehingga keberhasilan pengendalian hama pun dapat ditingkatkan. Beberapa alternative yang akan dibahas kali ini diantaranya adalah minyak, sabun, dan beberapa bahan mineral. 

MINYAK SEBAGAI PESTISIDA 

Kegiatan menyemprotkan minyak pada tanaman pertanian untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman bukanlah hal baru. Seperti pemakaian minyak ikan untuk mengendalikan hama bertubuh lunak, seperti kutu dan tungau, telah dimulai sejak abad ke-18 di Amerika dan pada awal abad ke-20 minyak ikan sudah dipakai secara luas pada perkebunan apel di Washington. Minyak nabati seperti minyak kedelai, mulai dipakai pada awal abad ke-20. Minyak kedelai banyak dipakai untuk perkebunan jeruk di Florida untuk mengendalikan serangga kutu dan tungau. 

Di Indonesia, pemakaian minyak untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman oleh petani padi di Pulau Jawa mulai banyak diberitakan sejak terjadinya krisi moneter (Novizan 2002). Minyak yang banyak dipakai minyak solar dan minyak tanah. Minyak memang merupakan alternatif yang tepat untuk mengurangi pemakaian pestisida sintetis yang harganya semakin mahal, asal pemakaiannya dilakukan dengan benar.
Sifat minyak yang bersahabat dengan lingkungan tidak perlu diragukan lagi. Penyemprotan minyak relatif lebih aman bagi manusia, hewan ternak dan musuh alami yang menguntungkan. Daya racun minyak sangat rendah jika dibandingkan dengan jenis pestisida sintetis dan beberapa jenis pestisida botani. Minyak dapat menghilang dengan cepat setelah beberapa hari melalui penguapan dan hanya meninggalkan sedikit residu. Environmental Protection Agency (EPA) di Amerika telah mendaftarkan minyak sebagai pestisida organik. 

CARA PENGGUNAAN MINYAK SEBAGAI PESTISIDA

a. Minyak Tanah dan Solar (Insektisida dan Akarisida)

Minyak didefinisikan sebagai cairan alami yang tidak larut didalam air, memiliki kekentalan (viskositas), dan mudah terbakar. Beberapa jenis minyak dapat dilarutkan kedalam air dengan bahan pengemulsi, seperti sabun atau senyawa alkali, untuk kemudian semprotkan ke tajuk tanaman. Minyak yang biasa dipakai untuk mengendalikan hama bisa berasal dari tumbuhan, binatang atau minyak bumi seperti minyak tanah dan minyak disel (solar). Minyak yang dipakai untuk menyemprotkan hama biasanya disebut juga sebagai minyak holtikultura. 

Sampai saat ini minyak tetap merupakan alat yang penting untuk mengendalikan hama dari golongan Insecta  Arthropoda dan Homoptera yang merupakan bagian dari akarena seperti kutu, tungau, aphid dan thrips pada pohon buah, sayuran (tomat, tanaman cabai, dan lain-lain), tanaman hias, serta tanaman pangan. Selain sebagai insektisida, minyak dapat mengendalikan jamur perusak tanaman seperti embun tepung dan embun jelaga. Minyak dilaporkan juga dapat mengendalikan jamur Cerospora musae pada tanaman pisang. Minyak dapat pula digolongkan sebagai fungistatik yang menghambat pertumbuhan jamur dengan cara membuat lapisan pelindung yang mencegah spora jamur berkecambah.

Minyak menunjukan efek yang berbeda terhadap hama tanaman dibandingkan dengan insektisida lain yang telah dikenal. Pengaruh minyak yang terpenting adalah kemampuannya menyumbat lubang masuk udara (spirake) untuk pernapasan serangga. Serangga akan mati karena gas-gas beracun hasil metabolisme dari dalam tubuhnya yang tidak dapat dikeluarkan. Arthropoda sangat sensitif terhadap sesuatu yang mengganggu proses respirasi walaupun untuk waktu singkat. Pada beberapa kasus minyak juga beraksi sebagai racun yang berinteraksi dengan asam lemak didalam tubuh serangga dan mengganggu proses metabolisme. Penelitian terhadap nyamuk menunjukan minyak tanah dapat menembus membrane trachea dan menggaggu aktivitas sel disekitarnya. Bukti lain juga menunjukan bahwa serangga muda dengan lapisan integumen yang tipis dan lembut akan mudah dimasuki oleh minyak.

Bagi serangga terbang, permukaan daun yang terselimuti minyak akan mencegah serangga untuk hinggap, tetapi efeknya sangat singkat karena selah 4 – 6 hari minyak akan mennguap. Kemampuan minyak sebagai repelan (penolak kehadiran serangga) dapat membantu mencegah penularan virus yang sering ditularkan oleh hama aphid. Lapisan tipis minyak pada daun sayuran juga mencegah serangga untuk menghisap cairan dari dalam daun, karena lapisan minyak dapat menyumbat jarum penghisap.

Penyemprotan minyak harus lebih sering dilakukan, karena minyak yang ada dipermukaan daun lebih cepat menguap. Frekuensi penyemprotan yang dianjurkan setiap minggu dengan konsentrasi dan dosis.

Konsentrasi yang disarankan jika memakai minyak tanah dan solar adalah 1%. Konsentrasi ini diperoleh dari komposisi sebagai berikut:
  • Tuangkan 10 mil minyak tanah atau solar kedalam 1 liter air
  • Tuangkan 5 mil sabun cair sebagai pengemulsi
  • Aduk sampai minyak menyatu (terlarut) kedalam air dengan bantuan pengemulsi
  • Larutan minyak siap disemprotkan untuk tanaman
  • Komposisi dengan jumlah besar maka harus mengikuti dosis tersebut

b. Minyak Nabati untuk Insektisida


Minyak nabati yang berasal dari tanaman juga bisa dipakai sebagai insektisida. Minyak nabati mengandung gliserid dan asam lemak yang bersifat racun bagi serangga. Jenis tanaman penghasil minyak sangat mempengaruhi kemampuannya sebagai insektisida. Minyak nabati yang berasal dari buah kelapa dan biji kapas merupakan minyak nabati dengan kemampuan terbaik sebagai insektisida. 

Minyak nabati tidak hanya mampu membunuh serangga dari golongan Arthropoda, tapi juga dapat bertindak sebagai repelan yang mencegah serangga dan tungau mendekati tanaman, seperti mencegah kutu daun Liriomyza trifolii menghinggapi daun krisan. Minyak nabati dari kacang tanah dan kelapa juga dapat dipakai untuk mengendalikan hama gudang Sitophilus granaries pada penyimpanan biji kacang-kacangan. Penyemprotan minyak ini selain mencegah kehadiran hama, juga mencegah serangga meletakan telurnya pada biji-bijian yang disimpam.

Minyak juga dapat dicampur dengan peestisida sintetis untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan hama dan penyakit. Pencampuran minyak dengan pestisida kimia juga dapat menurunkan dosis dan konsesntrasi yang seharusnya dipakai sehingga dapat meminimalisasi dampak buruk pestisida sintetis terhadap lingkungan. Hasil pencampuran minyak nabati dengan fungusida kimia benomyl dapat meningkatkan efetivitasnya hingga dua kali lipat. Pemakaian minyak bersama dengan herbisida juga telah diketahui mampu meningkatkan efektifitas herbisida. Di Indonesia, beberapa jenis perekat (spraying stiker) yang berfungsi untuk meningkatkan efektivitas pestisida memakai minyak sebagai bahan aktif, seperti Tenac Stiker dengan kandungan bahan aktif minyak paraffin. 

Minyak nabati dari tanaman lain yang biasa dipakai untuk memasak (minyak goreng) juga dapat dijadikan sebagai insektisida. Konsentrasi yang disarankan jika memakai minyak nabati atau minyak goreng adalah 2 - 3%. Konsentrasi ini diperoleh dari komposisi sebagai berikut:
  • Tuangkan 20 - 30 mil minyak goreng atau minyak nabati lainnya kedalam 1 liter air.
  • Tunagkan 15 - 20 mil sabun cair sebagai pengemulsi
  • Aduk sampai minyak menyatu (terlarut) kedalam air dngan bantuan pengemulsi
  • Larutan minyak siap disemprotkan untuk tanaman
  • Komposisi dengan jumlah besar maka harus mengikuti dosis tersebut
KELEMAHAN MINYAK SEBAGAI PESTISIDA

Keterbatasan minyak sebagai pengendali hama tanaman adalah potensinya yang dapat merusak atau meracuni tanaman. Dengan kata lain minyak memiliki fitotoksisitas yang tinggi. Pada beeberapa kasus, sisa hasil penyemprotan minyak dapat mengrogoti permukaan daun dengan meninggalkan noda kehitaman.
Hasil penyemprotan minyak dapat menutupi mulut daun (stomata) dan akan mengganggu pernapasan (respirasi) tanaman. Jika pertukaran gas melalui stomata terlalu lama terhambat, daun akan kehilangan warna normalnya, menjadi kekuningan dan akhirnya gugur. minyak juga dapat merusak lapisan lilin permukaan daun. 

Tingkat keracunan pada tanaman sangat ditentukan oleh dosis dan konsentrasi minyak yang disemprotkan, serta kondisi iklim sekitar. Pada temperature yang tinggi, diatas 32oC, seperti pada tengah hari, penyemprotan minyak kemungkinan besar akan menyebabkan kerusakan tanaman. Konsentrasi larutan diatas 5% dapat meenyebabkan daun tanaman menjadi kuning. Tanaman yang menyukai naungan, seperti kebanyakan tanaman hias di dalam ruangan, umumnya lebih tahan terhadap minyak.

 

4 komentar

Numpang taya, apakh solar tdk bahaya untuk daun cabe

Reply

Terima kasih infonya,jadi kepengen coba

Reply

Kalau tanmn padi kuat gx

Reply

We Neftegaz Energy Consultant, Saat ini bekerja sebagai mandat untuk Kilang Rusia yang mengikuti produk Petroleum di Rotterdam dan Rusia untuk pengangkatan mendesak.
Kami memiliki JP54, D6, D2, A1. tentang CI Dip dan Pay.
Jika Anda tertarik hubungi kami untuk SCO.

Salam
IGOR Vladislavic

Email: neftgazenergyagent@mail.ru

Reply

Posting Komentar